Sentra Kerajinan Gerabah Panjangrejo, Pundong, Bantul,Yogyakarta
Alamat: Panjangrejo, Pundong, Bantul, Yogyakarta
Pusat
kerajinan gerabah ini terletak di 14 km sebelah selatan Kota Bantul. Nama desa
ini tenggelam oleh kepopuleran kecamatannya, Pundong. Maka tidak mengherankan
apabila Pundong lebih dikenal akan kerajinan gerabahnya. Walaupun tak setenar
Kasongan, Desa Panjangrejo menawarkan alam pedesaan yang khas. Hamparan
lanskap hijau menguning yang memanjakan mata. Tak salah kemudian pada 2003 kawasan ini ditetapkan sebagai
desa wisata. Desa Panjangrejo menghasilkan pelbagai jenis kerajinan gerabah
dari tanah liat, seperti maron
(tempat air), padasan (tempat wudhu), tungku, dan produk yang telah
dikembangkan seperti wine cooler (tempat botol), tempat lilin, kap
lampu, nampan, topeng, patung, vas bunga, dan pelbagai souvenir.
Menjadi
salah satu sentra gerabah di kawasan Bantul sudah dimulai sejak 1978. Hingga
kini manfaatnya sangat dirasakan terutama bagi penyediaan lapangan pekerjaan.
Kawasan ini mencapai era keemasan sekira awal 2000. Kala itu ada sekira 178 tenaga kerja yang
terserap ke industri ini, masing-masing ke Siti Aji Tri Tunggal, Siti Kencono,
dan Sri Puspito yang semuanya terdapat di Desa Panjangrejo.
Gempa
bumi yang mengguncang Yogyakarta
dan Jawa Tengah pada Mei 2006
memutus sejarah berkembangnya kerajinan di Panjangrejo. Namun bersama Gabungan
Kelompok Perajin Panjangrejo Pundong (GKP3), sebanyak 190 pengrajin bahu-membahu
menata kembali kejayaan gerabah Pundong. Proses recovery dimulai setelah
satu tahun gempa.
Seperti
membuka lembaran baru, tragedi gempa justru memicu pengrajin Panjangrejo
membuat inovasi gerabah, di antaranya adalah keramik cover dan desain abstrak.
Keramik cover yang baru dikenal beberapa tahun terakhir ini meninggalkan
pakem pendahulunya. Produk seperti guci, vas tinggi, gentong, dan bola, dipoles
agar lebih menarik dengan memberi ornamen tambahan. Mereka menggunakan rotan,
kulit telur, dan pelepah pisang untuk menambah aksen di permukaan keramik.
Sementara
tentang keramik abstrak, pengrajin desa ini belajar dari mahasiswa magang Institut Seni Indonesia (ISI).
Mahasiswa biasanya tak segan-segan berkreasi dengan imajinasinya. Namun sebelum
memutuskan menggunakan desain mereka, pengrajin terlebih dahulu melihat reaksi
pasar. Bila pasar menyambut baik, mereka baru berani meneruskan.
Kawasan
wisata ini menawarkan harga dan desain yang bervariasi. Dengan merogoh Rp.
15.000,- pengunjung sudah dapat membawa pulang koleksi keramik mungil
berukurang 15 cm. Sementara untuk ukuran yang lebih besar bisa dibeli mulai
dari Rp. 300.000,-. Sementara dari jenis desain, gerabah Panjangrejo masih
mempertahankan jenis klasik di antaranya adalah tamarine dan black terracota
yang tanpa polesan bahan kimia. Jenis ini menjadi primadona para wisatawan
mancanegara.
Sumber: Gelaran
Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009
Diskusi