Galeri Seni: Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
Alamat:
Misi
Taman Budaya Yogyakarta (TBY) adalah memberikan ruang kreatif bagi seniman dan
budayawan mempresentasikan karya kreatif dan pemikiran mereka. Berjargon The
Window of Yogyakarta, TBY berupaya menuju pusat budaya terkemuka di tingkat
nasional dan internasional.
Sejarah TBY
berawal dari kebijakan Direktorat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia kurun 1970-an yang melihat pentingnya pusat kebudayaan dan
kesenian di setiap provinsi. Maka pada 1978, berdasar masukan para seniman dan
ditasbihkan melalui surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan berdirilah
pusat-pusat kebudayaan Taman Budaya di beberapa propinsi Indonesia, termasuk di
Yogyakarta.
Saat masa
transisi otonomi daerah 2000-2001, TBY masuk dalam struktur Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata. Berdasarkan peraturan daerah nomor 7 tahun 2002 dan keputusan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 181/tahun 2002, pada 4 November 2002
,Taman Budaya Yogyakarta resmi menjadi unit pelaksana teknis (UPT) Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Yogyakarta. TBY berfungsi
pengembangan dan pengolahan, pusat dokumentasi, etalase, informasi seni budaya
serta pariwisata.
Mulanya,
lembaga pemerintah ini menempati kompleks Purna Budaya di kawasan kampus Universitas
Gajah Mada (UGM) Bulak Sumur. Kemudian pindah ke gedung kesenian Societet. Sebuah
bangunan bersejarah sejak masa Sultan Hamengku Buwono I, pusat kegiatan militer
era kolonial, Jepang, dan kemerdekaan. Dulu bernama Societeit de Vereeniging.
TBY
dilengkapi ruang pameran, concert hall berkapasitas 1200 penonton, ruang
seminar, amphiteater, perpustakaan, cafe, dan toko cinderamata. Sebagai
“jendela”nya Yogyakarta, ruang lingkup kegiatan TBY terpolarisasi dalam 4
macam.
Pertama, gelaran seni budaya (pementasan,
pameran, festival seni pertunjukan kontemporer dan tradisional), serta kegiatan
seni rupa seperti Biennale dan Jogja Art Fair. Kedua, laboratorium
pengembangan dan pengolahan seni budaya yang berwujud kajian seni, sarasehan,
lokakarya, bimbingan dan pelatihan seni, eksperimentasi, rekonstruksi,
revitalisasi dan studi banding seni budaya. Ketiga, dokumentasi,
penerbitan serta informasi seni budaya meliputi pengumpulan dan penyimpanan
data seni budaya dan publikasi di pelbagai media. Keempat, pengkoleksian
karya seni rupa. Meliputi lukis, patung, grafis dan kriya. Diperoleh dari
pembelian maupun pemberian sejumlah perupa.
Saat ini
TBY dikepalai Dyan Anggraini Rais. TBY terbuka bagi kelompok seni apa pun,
lokasinya yang strategis di pusat kota semakin memudahkan publik untuk mengakses
lembaga resmi pemerintah tersebut.
Aktivitas Pameran (2005-2009): 115
Sumber:
Gelaran
Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009
http://afcteater.wordpress.com
Diskusi