Film-Film Sejarah yang Wajib Ditonton Para Penggemar Sejarah Indonesia
Oleh: Pretik
Matanasi
Sejarah
adalah bagaimana melihat dan mencari kebenaran. Ada banyak cara selain belajar
sejarah selain membaca. Membaca memang harus, namun ada beberapa cara lain yang
harus dilakukan untuk menikmati dan membumikan sejarah. Berziarah ke tempat
sejarah dan menonton film-film sejarah. Nah, film yang ditonton pun tak melulu
harus yang dokumenter.
Sudah lazim
jika sejarah yang difilmkan sering diberi bumbu agar menarik—dan komersil. Film
tak bermaksud bohong, tapi sutradara punya subjektifitasnya sendiri. Mari
menjadi bijak untuk melihat film sebagai referensi belajar sejarah yang seru.
Seperti buku sejarah, film seperti juga novel sejarah bisa membantu kita
membayangkan bagaimana kondisi atau kehidupan di masa lalu. Tentu saja bukan
untuk dipercaya sepenuhnya, tapi setidaknya bisa ditangkap sisi positifnya. Dan
film bisa menjadi bahan pembelajaran di sekolah.
Pastinya,
ada beberapa film yang layak ditonton untuk lebih bisa membayangkan bagaimana
kehidupan atau sejarah Indonesia di masa lalu. Tentu saja film-film ini bukan
dijadikan kebenaran mutlak, hanya bisa jadi sumber mencari kebenaran, atau
setidaknya jadi pembanding. Beberapa film bahkan bisa ditemukan di Youtube. Di antara
film-film itu adalah:
- Moeder Dao. Ini adalah film dokumenter. Gambar yang diambil adalah Indonesia era 1912 sampai 1930-an. Kita bisa melihat bagaimananya sederhananya orang Indonesia dalam berpakaian dan hidup. Dunia teknologi industri di Indonesia yang mulai modern juga terlihat. Perbedaan hidup antara pribumi dengan Eropa juga bisa dilihat. Itu alasan mengapa film ini wajib ditonton.
- Max Havelaar. Ini film berdasar novel curhat dari Eduard Douwes Dekker—yang mengisahkan dirinya sebagai Max Havelaar—pegawai pangrehpraja Belanda yang kecewa dengan Tanam Paksa. Max hendak melaporkan kesewenangan Bupati Lebak pada pemerintah di pusat, namun laporan itu tak diterima. Max bahkan dimutasikan. Film ini mungkin bisa membantu kita melihat bahwa feodalisme adalah akar korupsi dan kesewenangan di Indonesia.
- Oeroeg. Film ini diadaptasi dari novel Hella Hesse. Tentang persahabatan Oeroeg dan Johan Ten Berge, tentang anak pribumi dan Belanda di era kolonialisme. Di mana diskriminasi rasial begitu kuat. Mereka terpisah, namun bertemu lagi ketika Belanda harus dilawan.
- Soegija. Tak butuh jadi seorang Katolik untuk mengenal Uskup (pribumi pertama) Romo Soegijopranoto. Film ini menggambarkan betapa humanisnya Sang Romo. Ceritanya tak melulu soal Sang Romo, tapi juga tentang orang di sekitarnya yang hidup di masa-masa perang (mulai dari Perang Pasifik lalu Perang Kemerdekaan Indonesia, sekitar tahun 1942-1949). Film ini cukup mengajarkan pluralisme.
- Riding the Tiger. Film ini adalah dokumentasi tentang Indonesia dari jaman Jepang, perang kemerdekaan, orde lama hingga orde baru. Selain rangkaian video dokumentasi, terdapat juga wawancara dengan saksi dan pelaku sejarah, buruh pabrik, pejabat militer Indonesia, aktivis seperti Arif Budiman atau Romo Mangun.
- Indo Calling. Film dokumenter ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana perjuangan orang-orang Indonesia di Australia, yang di antara adalah pelaut-pelaut Indonesia. Rupanya, banyak orang-orang Australia yang menentang sikap Belanda yang ingin menjadikan Indonesia daerah kolonialisasi kembali. Gambar-gambar ini bisa jadi terkait dengan mogoh buruh pelabuhan Australia yang ogah bongkarmuat barang-barang ke kapal Belanda yang akan berangkat ke Indonesia.
- Tjoet Njak Dien. Dari judulnya, film ini jelas tentang perjuangan Cut Nyak Din dan pengikutnya melawan masuknya Tentara Belanda ke Aceh. Ini termasuk film sejarah terbaik, dengan dukungan aktor dan aktris terbaik Indonesia.
- Soekarno. Ini adalah fragmen tentang kehidupan Sukarno sejak di Bengkulu dia bertemu Fatma hingga kepindahan Sukarno ke Jakarta. Di mana Inggit kemudian meninggalkan Sukarno. Di mana Sukarno jadi penasihat militer Jepang, dengan harapan Jepang mengurangi tekanan terhadap rakyat Indonesia. Belakangan, Sukarno pun tampil sebagai Presiden RI pertama.
- Sang Pencerah. Film ini bercerita tentang Ahmad Dahlan sang pendiri Muhamadiyah. Dia bisa menampilkan orang-orang Islam sebagai orang yang juga bisa berpikiran maju. Di mana perubahan yang dibawa Ahmad Dahlan tak merusak tatanan nilai-nilai lain yang sudah ada.
- Sang Kiai. Film ini tentang Kiai Haji Hasyim Asyhari pendiri pesantren Tebu Ireng. Film ini merekam imaji bagaimana kaum santri menghadapi sejarah Indonesia. Mereka ikut menderita di bawah Jepang dan ikut ambil bagian dalam revolusi kemerdekaan Indonesia.
- Pengkhianatan G 30 S/PKI. Terlepas dari kontraversi, film ini tetap layak ditonton. Setidaknya film ini memberikan kesan betapa tegangnya tahun 1965. Tentang adegan penyiksaan, yang katanya tidak ada, setidaknya itu memberi gambaran pada kita betapa bencinya orang-orang orde baru pada komunis.
- Act of Killing. Biar imbang setelah nonton film Pengkhianatan G 30 S/PKI, boleh dong kita nonton film tentang orang yang mengaku pernah menjadi algojo di Medan. Anwar Kongo, sang algojo bisa menjadi contoh orang yang anti komunis di Indonesia. Tentu saja tak bermaksud mengajari sadism atau menjelek-jelekan, tapi harapannya agar tak ada lagi penghilangan nyawa.
Tentu saja,
bukan film-film ini saja yang layak ditonton. Masih banyak yang lain, yang
belum saya saya sebut dan saya tonton. 12 film di atas bagi saya cukup menarik
untuk menemani Anda belajar sejarah.
Silahkan
mengkritik….
Selamat
menonton…
Diskusi